“Di saat-saat seperti ini memang data strategisyang dibutuhkan pemerintah harus tetap bisa dihasilkan. Ini jaditantangan bagi kami semua, terutama di bagian sistem informasi,”
ujar M. Romzi, Direktur Sistem Informasi Statistik, menanggapi
arahan pimpinan untuk memaksimalkan pekerjaan selama di
rumah.
Pengumpulan data yang terintegrasi yang dibangun SIS
selama ini diberikan panggung langsung untuk mengambil peran
dalam seluruh proses bisnis pengumpulan data. Pendekatan
responden dengan menggunakan Computer Assisted Personal
Interview (CAPI) menjadi mutlak diperlukan dalam pendataan
dari rumah. “2018 awal sudah dikembangkan dan 2019 sudah
diterapkan di beberapa survei. Kita juga pernah mengembangkan
Computer Aided Web Interview (CAWI) yang digunakan dalam SP
Online,” ujar Romzi.
Dalam kondisi seperti ini, metode pendataan yang tidak
memungkinkan membuat CAWI diakui sebagai metode yang paling
ideal. Namun Romzi mengakui bahwa kesadaran masyarakat akan
pentingnya data tidak mendukung CAWI untuk diterapkan tanpa
melalui proses panjang pendekatan pada masyarakat. Oleh karena
itu Sistem Informasi Statistik BPS menawarkan CAPI/CAWI bagi
subject matter yang tetap memerlukan data pada situasi seperti
ini.
Resistensi masyarakat pasca wabah korona diakomodir
SIS dengan mengombinasikan CAPI/CAWI dengan telepon dan
penyiapan infrastruktur big data dari internet. “Subject Matter
rata-rata lebih memilih CAPI/CAWI yang memiliki kemampuan
merekam suara dan mengubahnya langsung menjadi isian
kuesioner. Namun tentu masih perlu persiapan yang sangat
matang,” jelasnya.
IT BPS Menjawab Tantangan Pandemi
Jika dilihat dari sisi lain, ini merupakan kesempatan bagi
BPS, terutama bagian IT BPS untuk unjuk gigi. Berbagai kajian diluar negeri sudah sempat dikaji dalam kondisi seperti ini. “Kuncinya
adalah kecepatan. Indikator statistik yang hadir harus cepat dan
menjawab pertanyaan. Namun penting untuk diingat prinsip statistik
harus tetap dipegang,” ujar Romzi. Ia mengacu pada Beta Statistics
sebagai angka yang diperoleh untuk pengumpulan data yang
metodologinya tergolong belum mature dan menggunakan big data.
Wacana yang sering didengungkan yakni “IT as an enabler”
akan sangat diuji dalam kondisi pandemi seperti saat ini. Kesiapan dan
kecepatan akan menunjukkan BPS siap bertransformasi menuju ke
arah digital dan terstruktur. Berbagai kebutuhan dari subject matter
dan dari pimpinan harus bisa dijawab dengan cepat dan tepat.
“Beberapa kebiasaan tentu akan berubah. Sebentar lagi
mungkin akan dipatenkan rilis dashboard working from home, absensi
digital yang lebih mengarah ke kinerja, serta rapat digital yang lebih
efektif dan efisien dari mana saja,” ujarnya.
Pelayanan Statistik Dialihkan
Pelayanan tanpa tatap muka pun menjadi pilihan di masa
pandemi seperti sekarang ini. Bagi masyarakat yang membutuhkan
data atau konsultasi statistik yang biasanya dapat dilakukan
dengan berkunjung ke Pelayanan Statistik Terpadu (PST) yang
ada dari tingkat pusat sampai kabupaten/kota, saat ini ditiadakan
dahulu sejak 16 Maret 2020. Sebagai gantinya tiga opsi bagi
responden data dioptimalkan pada pelayanan statistik tanpa tatap
muka. Bagi masyarakat yang membutuhkan publikasi layanan
perpustakaan seperti biasa dapat mengakses ke laman bps.go.id dan
menyesuaikan alamat situsnya jika membutuhkan publikasi daerah.
Untuk layanan konsultasi dan permintaan produk BPS masyarakat
dapat memaksimalkan laman silastik.bps.go.id. Dan untuk yang
membutuhkan layanan rekomendasi statistik dapat mengakses laman
romantik.bps.go.id.
Sebagai pendukung, kolom komentar di media sosial
BPS seperti facebook, instagram, maupun twitter juga banyak
dimanfaatkan untuk masyarakat untuk bertanya mengenai kebutuhan
datanya atau yang saat ini banyak ditanyakan mengenai cara dan
kendala dalam pengisian Sensus Penduduk Online. Selain untuk
Sensus Penduduk Online, masyarakat juga bisa menggunakan
WhatsApp call untuk bertanya.
Sumber : BPS RI